Rabu, 15 Juni 2016

Kulepas Keperawananku Kepada Seorang Laki-Laki Yang Baru Kutemui

Kulepas Keperawananku Kepada Seorang Laki-Laki Yang Baru Kutemui


AgenJudiOnlineGroup - Cerita ini bermula saat aku berkenalan dengan seorang cowok, sebut saja namanya Fredy. Orangnya tampan, tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya atletis. Pokoknya sesuai dengan pria idamanku.


Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus dari universitas swasta terkenal di Jakarta. Kami kenalan pada saat aku sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas III di SMA-ku.

SMA ku di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Fredy sedang menemani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat itu Fredy hanya melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah.

Oh ya, sampai lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan nama panggilanku Maya. Aku baru berusia 18 tahun (SMA kelas III). Tinggiku lumayan sekitar 168 cm dan warna kulitku kuning bersih. Rambutku pendek sebahu, dan dadaku tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga. Sangat proporsional antara tinggi dan berat badanku.

Kata orang-orang aku sangat cocok untuk seorang model. Dan aku belum mempunyai pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakakku semua sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling kecil kelas dua SMP. OK dilanjut ya …

Akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Fredy menelepon ke rumahku.

“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Maya, ini dari Fredy.”
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini.”

Aku sempat kaget Fredy mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar. Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok.

“Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.
“Kenapa bisa begitu,” balas Fredy.
“Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”

Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Fredy tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak.


Tepat hari sabtu sore, Fredy datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana. Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba Fredy menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat.

“May, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu,” bisik Fredy mesra.
“Fred, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”
“Fred, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik.”

Tiba-tiba tangan Fredy memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.”Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik.”

Dan Fredy menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Fredy memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Fredy sudah ada di depan mataku. Dan pelan-pelan Fredy mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki.

Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Fredy dan mencium bibirnya. Ciuman Fredy sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Fredy mulai meraba sekitar dadaku.

“Jangan Fred, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Fred,” jawabku.
Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Fredy karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.
“May, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”

Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Fredy sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Fredy langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Fredy meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.

Tiba-tiba Fredy membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu membuat nafsuku naik.”
“Aku juga Fred,” balasku manja.

Dan Fredy menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya. “Astaga,” pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Fredy sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini.

“Teruskan may, remas yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Fredy sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya. Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan.

Akhirnya tangan Fredy berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Fredy meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Fredy memegang puting susuku yang sudah keras.

“Teruskan Fred, aku enak sekali..” Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada saat itu memakai celana kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi, tanganku dibimbing Fredy untuk memasuki celana dalam yang dipakainya.

Dan sesaat kemudian aku sudah meremas-remas penis Fredy yang sangat besar. Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu. “Teruskan Fred, aku enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.

“Kita langsung pulang ya May sudah malam,” pinta Fredy.
“Fred, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.

Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Fredy. Mudah-mudahan Fredy mengerti apa yang kuinginkan.

“Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Fredy dengan nada gembira. Sampai di senayan, Fredy memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya.

Dan setelah Fredy menghentikan mobilnya, tiba-tiba Fredy langsung menarik wajahku dan mencium bibirku. Kelihatannya Fredy begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi.

Tiba-tiba Fredy melepaskan ciumannya. “May, aku ingin mencium susumu, bolehkan..” Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Fredy.

Dan kulihat Fredy begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.

“May, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Fredy.
“Iya, Fred, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.

Tak lama kemudian, Fredy dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama. Nafsuku langsung naik pada saat itu.

“Jangan berhenti Fred, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Fredy untuk membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya. Kemudian Fredy mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang.

Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Fredy dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Fredy sudah terbuka dan tiba-tiba Fredy menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Fredy.

Dan Fredy menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Fredy yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut. Fredy masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Fredy menggigit puting susuku.

“Fred, teruskan ya… jilat aja Fred, sesukamu..” desahku tak karuan.
Sementara aku masih terus memegang penis Fredy. Dan sepertinya Fredy makin bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Fredy sudah tidak tahan lagi.
“May, kamu isap punyaku ya… mau nggak?”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di mulutmu.”

Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui Fredy, maka aku menurut saja apa permintaannya. Dan Fredy merubah posisi duduknya, Fredy menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Fredy.

“Fred, besar sekali punyamu.”
“Langsung aja may, aku sudah tidak tahan..”

Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Fredy. Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Fredy. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Fredy. Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Fredy aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat.

Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Fredy, tiba-tiba, Fredy menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat. “Terus May, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama setelah itu, Fredy mengerang keenakan dan tanpa sadar, keluar cairan berwarna putih dari penis Fredy.

Apakah ini yang namanya sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan penis Fredy dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang keluar dari penis Fredy. Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku karena ditahan oleh Fredy.

Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di mulutku. Dan Fredy kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya dari kepalaku.

“May, aku sudah keluar, banyak ya..”
“Banyak sekali Fred, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa.”
“Tidak apa-apa May..”

Kemudian Fredy mengambil cairan yang terbuang di sekitar penisnya dan menaruh ke susuku. Aku pun memperhatikan kelakuan Fredy. Dan Fredy mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Fredy tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi.

Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Fredy esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Fredy yang besar dan aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu.

Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Fredy menjemputku dan Fredy membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku.

“Tempat apa ini Fred,” tanyaku.
“May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Fred, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.”

Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang.

“Maya, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah magrib nanti, kamu mau..” pinta Fredy.
“Aku setuju saja Fred, terserah kamu.”

Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Fredy membaringkan badanku di tempat tidur. “May, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju. Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya.

Fredy berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya. Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Fredy daripada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Fredy lebih besar dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Fredy sudah terlihat bugil di depanku.

Fredy memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Fredy menarik ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Fredy mengelus susuku yang sudah keras.

Dan lama -kelamaan tangan Fredy sudah mencapai reitstleting celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Fredy jongkok tepat di depan vaginaku. Fredy memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku.

“May, bodi kamu bagus sekali.”
Fredy sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.
“May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.”

“Terserah kamu Fred, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..” Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Fredy. Kemudian Fredy meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Fredy bebas menciuFredu dan aku juga bebas menciumi Fredy. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar.

Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri. Fredy menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Fredy sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Fredy membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya. Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Ternyata Fredy sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar.

Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Fredy sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Fredy sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku.

Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Fredy. “Fred, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan,” pintaku. Fredy lalu bangkit dari arah bawah.

Dan menciumi bibirku. “May, kamu sudah siap aku masukkan, apa kamu tidak menyesal nantinya.” “Tidak Fred, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”Lalu Fredy melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Fredy yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Vaginaku sudah basah sekali. Dan kubimbing penis Fredy agar tepat masuk di lubang vaginaku.

Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Fredy berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.

“Oh… enak sekali,” jeritku.

Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Fredy. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari penis Fredy, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi. Fredy membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu sudah tidak perawan lagi.”

“Ngga apa-apa Fred, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Fred, goyang lebih kencang, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Fredy di atas, kami melakukannya lama sekali. Fredy terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Fredy masih terbenam di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga.

“Fredy sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar.”
“Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku.”
“Fred, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Fred, aku keluar.. keluar Fred..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Fredy langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.

Akhirnya aku menikmati kehangatan punya Fredy dan aku masih memeluk badan Fredy. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.

“May, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu.”

Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Fredy bisa sangat jelas mengisap punyaku. Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang.

“May punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Fred, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”

Aku terus mengisap punya Fredy sementara Fredy terus menjilati vaginaku dan kami melakukannya sangat lama sekali. Penis Fredy yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut Fredy di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.

“Fred… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar May, aku juga mau keluar..”

Tiba-tiba Fredy langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Fredy melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Fredy ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Fredy memasukkan penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Fredy yang besar.

“Dorong yang keras Fred, lebih keras lagi,” desahku. Fredy menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Fred, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”
“May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Fred, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa..”
“May… aku keluar..”
“Aku juga Fred… aaa… aa… terasa Fred, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Fred… enak sekali…”

Bibirku langsung menciumi bibir Fredy yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.

“May… spermaku sekarang ada di dalam punyamu.”
“Ia Fred…”
Tidak lama kemudian, Fredy membersihkan cairan spermanya di vaginaku.
“May, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab.”
“Iya Fred..” jawabku singkat.

Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Fredy menjilati vaginaku dan sekali lagi pada saat Fredy memasukkan penisnya ke vaginaku. Fredy pun mengalami hal yang sama.

Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti.

Kalau dihitung-hitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Fredy hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Fredy sudah 7 kali.

Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari penginapan. Padahal jika dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja aku sudah melepaskan keperawananku ke seseorang. Dan sampai sekarang hubunganku dengan Fredy bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk memuaskan nafsu saja.

Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang sangat pulas sesampainya di rumah. Besoknya aku harus sekolah seperti biasa dan tentunya dengan perasaan senang dan ingin melakukannya berkali-kali. Seperti biasa setiap tanggal 20, aku datang bulan. Dan kemarin ini aku masih dapat. Aku langsung menelepon Fredy sepulang dari sekolah.

“Fred, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil.”
“Iya May… syukurlah…”
“Fred, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Fred..”

Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Fredy sambil Fredy menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Fredy keluar yang tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Fredy memainkan vaginaku.

Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Fredy, tapi aku mengisap kepunyaan Fredy sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Fredy sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di mulutku. Di tiap pertemuan kami berdua selalu saling mengeluarkan.

Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Fredy langsung mengajakku ke penginapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar